Tebing Breksi merupakan salah satu wisata alam yang ada di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tebing Breksi berlokasi di bagian timur dari Kabupaten Sleman tepatnya di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan yang dapat dicapai dengan waktu tempuh satu jam dari pusat kota Yogyakarta menggunakan kendaraan bermotor.
Tebing breksi terletak pada daerah yang memiliki relief berbukit-berbukit tersayat tajam (Van Zuidam, 1985) dengan persen lereng 25% hingga 55 % dan beda tinggi 200 m hingga 500 m. Menurut Surono, dkk (1992) dalam Peta Geologi Regional Lembar Surakarta Giritontro menyatakan bahwa Tebing Breksi terletak pada Formasi Semilir (Tms) yang terdiri dari tuf, breksi batuapung dasitan, batupasir tufan dan serpih.
Berdasarkan pengamatan lapangan pada wisata alam tebing breksi memiliki dua litologi utama berupa perlapisan tuf halus dan tuf kasar. Tuf yang terbentuk pada daerah ini menunjukkan bahwa Tebing Breksi terletak jauh dari sumber erupsi dan masuk kedalam Zona Medial. Ketebalan tuf kasar yang lebih tebal dibandingkan dengan tuf halus menunjukan bahwa daerah ini berada pada zona medial terdekat dengan erupsi.
Berdasarkan pengamatan lapangan, tuf halus pada Tebing Breksi ini memiliki warna coklat cerah dengan ukuran butir lanau (1/256 - 1/16 mm) (Wentworth, 1922) dan bentuk well-rounded hingga rounded. Butiran pada tuf halus ini saling berhubungan yang menunjukkan bahwa batuan ini memiliki kemas tertutup dan sortasi sangat baik. Dari hasil pengujian dengan larutan HCl, batuan ini tidak mengalami reaksi (buih) yang menunjukkan bahwa batuan ini tidak memiliki sifat atau tidak memiliki semen karbonatan. Berdasarkan data lapangan yang didapatkan, tuf halus ini terbentuk dari abu gunungapi yang terbawa oleh angin hingga energi angin tidak mampulagi membawa sehingga butiran terendapkan dan mengalami litifikasi menjadi tuf.
Berdasarkan pengamatan lapangan, tuf kasar pada Tebing Breksi ini memiliki warna abu-abu dengan ukuran butir pasir sedang hingga pasir sangat kasar (1/4 - 2 mm) (Wentworth, 1922) dan bentuk rounded hingga sub-rounded. Butiran pada tuf kasar ini saling berhubungan yang menunjukkan bahwa batuan ini memiliki kemas tertutup dan sortasi baik. Dari hasil pengujian dengan larutan HCl, batuan ini tidak mengalami reaksi (buih) yang menunjukkan bahwa batuan ini tidak memiliki sifat atau tidak memiliki semen karbonatan. Berdasarkan data lapangan yang didapatkan, tuf halus ini terbentuk dari abu gunungapi yang terbawa oleh angin hingga energi angin tidak mampulagi membawa sehingga butiran terendapkan dan mengalami litifikasi menjadi tuf.
Batuan pada Tebing Breksi ini memiliki struktur perlapisan dengan kondisi batuan masif yang menunjukkan bahwa batuan di sini telah mengalami litifikasi dengan tekanan sangat tinggi. Sifatnya yang masih terlihat butirannya menunjukkan bahwa tekanan tersebut berasal dari burial yang menandakan bahwa batuan telah tertimbun di bawah permukaan bumi dan kemunculannya dimungkinkan karena adanya pengaruh gaya endogen berupa tektonik pada daerah ini yang kemudian terpengaruh oleh gaya eksogen berupa pengikisan baik dari alam maupun manusia. Kenampakan batuan yang memiliki warna hitam di beberapa bagian menunjukan terjadinya reaksi kimia antara air meteorik yang melewati tumbuhan diatas tebing yang kemudian air tersebut turun melewati batuan sehingga mampu merubah warna asli dari batuan.
Daftar Pustaka
- Surono, Toha B dan Sudarno, I. 1992. Peta Geologi Regional Lembar Surakarta Giritontro. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengambangan Geologi.
- Tucker, E. 2003. Sedimentary Rock In The Field. England: John Wiley & Sons Ltd.
No comments:
Post a Comment