• Jasa Pengukuran Geolistrik

    Kami menyediakan jasa pengukuran Geolistrik untuk berbagai macam bidang oleh tenaga ahli handal yang telah berpengalaman.

  • Jasa Pemboran / Pengeboran

    Kami menyediakan jasa pemboran untuk berbagai macam keperluan baik untuk pemboran sumur dalam maupun geoteknik.

  • Jasa Pembuatan Peta

    Kami menyediakan jasa pembuatan berbagai macam peta seluruh Indonesia. Hasil dapat berupa raster maupun vector sesuai dengan pesanan.

  • Jasa Pemetaan Geologi

    Kami menyediakan jasa untuk melalkukan pemetaan geologi, baik untuk keperluan tambang, geoteknik maupun keperluan penelitian.

Peta Administrasi Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali

     Kecamatan Klego merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Secara geografis, Kecamatan Klego terletak diantara 110 40' 20" hingga 110 45' 21" Bujur Timur dan 7 19' 21" hingga 7 24' 39" Lintang Selatan. Secara administrasi, Kecamatan Klego berbatasan langsung dengan Kecamatan Wonosegoro dan Kemusu di bagian utara, Kecamatan Andong di bagian timur, Kecamatan Simo bagian selatan dan Kecamatan Karanggede di bagian barat.
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Klego

     Kecamatan Klego terdiri dari 13 desa/kelurahan. Berikut merupakan daftar desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali.
  1. Desa Bade
  2. Desa Banyuurip
  3. Desa Blumbang
  4. Desa Gondanglegi
  5. Desa Jaten
  6. Desa Kalangan
  7. Desa Karanggatak
  8. Desa Karangmojo
  9. Desa Klego
  10. Desa Sangge
  11. Desa Sendangrejo
  12. Desa Sumberagung
  13. Desa Tanjung

Share:

Sistem Koordinat Universal Transerve Mercator (UTM)

     Universal Transerve Mercator atau sering dikenal dengan UTM merupakan salah satu sistem koordinat. Berbeda dengan sistem koordinat Graticule, sistem koordinat UTM menggambarkan dunia dengan keadaan datar serta memiliki satuan meter sehingga dalam perhitungannya tidak diperlukan konversi dari satuan derajat ke meter.
Gambar 1. Pembagian Zona UTM

     Sistem koordinat UTM ini membagi bumi menjadi 60 zona secara membujur dengan kode angka 1 hingga 60 dan 20 zona secara melintang dengan kode huruf mulai dari C hinnga X kecuali huruf I dan O. Setiap zona memiliki panjang 6 derajat membujur. Panjang sumbu X sebesar 500.000 meter sedangkan panjang sumbu Y sebesar 10.000.000 meter.

     Di Indonesia terdapat 18 zona yang terdiri dari 46 hingga 54 zona membujur serta kode N dan M zona melintang. Karena di Indonesia hanya memiliki dua zona melintang dengan batas tengah berupa garis khatulistiwa, kode N dan M diubah menjadi N dan S yang berarti North dan South. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan membedakan bagian utara khatulistiwa dan selatan khatulistiwa.

Daftar Pustaka
Tim Asisten Praktikum Geologi Dasar 2012. 2012. Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar 2012. Semarang: UNDIP
www.asifah.com, Diakses pada 28 Desember 2019 pukul 20.00 WIB
www.lintasbumi.com, Diakses pada 28 Desember 2019 pukul 21.00 WIB
www.sagagisindonesia.wordpress.com, Diakses pada 28 Desember 2019 pukul 20.00 WIB

Share:

Sejarah Penentuan Greenwich Mean Time

     Sir Sandford Fleming yang merupakan seorang insinyur kereta api berasal dari Canada  pada akhir tahun 1870 mencetuskan perlunya standar waktu dunia. Hal tersebut terjadi karena berbagai masalah yang timbul pada kereta api terutama jadwal keberangkatan dan kesampaian. Sebelum adanya standar waktu, keberangkatan dan kesampaian kereta api hanya menggunakan waktu lokal yang tidak diketahui presisi waktunya sehingga mengakibatkan keterlambatan kereta api hingga kecelakaan kereta api.
Gambar 1. Greenwich

     Selaras dengan gagasan Sir Sandford Fleming, pada tahun 1884 diatakan konferensi Meredian International yang bertempat di Washington DC dan dihadiri oleh 27 utusan dari berbagai negara. Dalam pertemuan tersebut, diputuskan bahwa dunia terbagi menjadi 24 zona waktu dengan perbedaan setiap zona sebesar 15 garis bujur yang dimulai dari Greenwich Mean Time (GMT).

     Greenwich merupakan sebuah distrik yang berada di tenggara London. Penentuan Greenwich sebagai pusat Mean Time tidak lepas dari penetapan yang dilakukan oleh Royal Observatory pada tahun 1675 untuk keperluan navigasi Pelayaran Kerajaan Inggris. Hal tersebut disebabkan karena pada tahun kurun waktu tersebut, Inggris mendominasi kedudukannya di Dunia.

Daftar Pustaka
https://www.kaskus.co.id/thread/5246442940cb17847e00000b/sejarah-ditetapkannya-gmt/, Diakses pada tanggal 28 Desember 2019 Pukul 16.00 WIB
https://mediaindonesia.com/read/detail/126993-1884-penetapan-greenwich-mean-time, Diakses pada tanggal 28 Desember 2019 pukul 16.00 WIB


Share:

Graticule Coordinate System (Sistem Koordinat Geografis)

     Graticule Coordinate System (Sistem Koordinat Geografis) merupakan sistem koordinat yang juga dikenal sebagai sistem koordinat langitude (lintang) dan koordinat longitude (bujur). Longitude atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai lintang merupakan garis yang sejajar dengan garis khatulistiwa sedangkan longitude atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai bujur merupakan garis yang menghubungkan Kutub Utara dan Kutub Selatan.
Gambar 1. Penggambaran Graticule Coordinate System

    Garis lintang memiliki nilai maksimal 90 LU yang berada di Kutub Utara dan 90 LS yang berada di Kutub Selatan dengan titik 0 berada tepat pada garis khatulistiwa. Garis bujur memiliki nilai maksimal 180 E dan 180 W dengan titik 0 melewati Greenwich. (Baca Juga Sejarah Penentuan Greenwich).

Daftar Pustaka
insanpelajar.com, diakses pada 25 Desember 2019 pukul 09.20 WIB
Tim Asisten Geologi Dasar 2012. 2012. Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar 2012. UNDIP: Semarang
wikipedia.org, diakses pada 25 Desember 2019 pukul 10.00 WIB


Share:

Sistem Koordinat

     Sistem koordinat merupakan kesepakatan tatacara menentukan posisi suatu tempat di muka bumi. Sistem koordinat ini akan memudahkan penggunanya dalam menentukan posisi pengguna maupun posisi tujuan pengguna sehingga dapat diketahui arah dan jarak yang harus dilalui pengguna sistem koordinat. Di Dunia terdapat dua jenis sistem koordinat yang paling sering digunakan, yaitu
Gambar 1. Garis Pembagian Bujur dan Lintang

Graticule Coordinate System (Sistem Koordinat Geografis)

    Merupakan sistem koordinat yang sering dikenal sebagai sistem bujur dan lintang karena penentuan posisi yang dilakukan dengan memperhatikan garis bujur dan lintangnya. Garis bujur berupa garis khayal yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan, garis lintang berupa garis sejajar dengan khatulistiwa.
Gambar 2. Garis Pembagian UTM

Sistem Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator)

     Merupakan sistem koordinat yang membagi dunia dengan beranggapan dunia itu datar. Pada sistem koordinat UTM ini terbagi menjadi 60 zona secara membujur dengan kode angka 1 hingga 60 dan 20 zona secara melintang dengan kode huruf dari C hingga X kecuali huruf I dan O.

Daftar Pustaka
- Tim Asisten Geologi Dasar 2012. 2012. Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar. Semarang: UNDIP
- Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koordinat_geografi. diakses pada 22 Desember 2019 pukul 18.00 WIB.


Share:

Peta Administrasi Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali

     Kecamatan Karanggede merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Secara geografis, Kecamatan Karanggede terletak diantara 110 37' 29" hingga 110 41' 21" Bujur Timur dan 7 19' 18" hingga 7 24' 54" Lintang Selatan. Secara administrasi, Kecamatan Karnanggede berbatasan langsung dengan Kecamatan Wonosegoro di bagian utara, Kecamatan Klego di bagian timur, Kecamatan Simo bagian selatan dan Kabupaten Semarang di bagian barat.
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Karanggede

     Kecamatan Karanggede terdiri dari 15 desa/kelurahan. Berikut merupakan daftar desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.
  1. Desa Bangkok
  2. Desa Bantengan
  3. Desa Dolongan
  4. Desa Grogolan
  5. Desa Karangkepoh
  6. Desa Kebonan
  7. Desa Klari
  8. Desa Klumpit
  9. Desa Manyaran
  10. Desa Mojosari
  11. Desa Pengkol
  12. Desa Pinggir
  13. Desa Sempulur
  14. Desa Sendang
  15. Desa Sranten
  16. Desa Tegalsari
--> Jasa Pembuatan Peta

Share:

Nomor Lembar Peta

    Setiap Negara memiliki penamaan tersendiri dalam membagi wilayah negaranya. Pembagian biasanya dilakukan dengan cara pengkotakan wilayah. Kotak pembagian tersebut diberi nomor yang dijadikan sebagai Nomor Lembar Peta. Sistem tersebut biasanya dikenal dengan Quadrangle System. Di Indonesia, terdapat dua jenis Quadrangle System, yaitu:
Gambar 1. Nomor Lembar Peta
  1. Quadrangle System Lama
    Merupakan sistem pembagian kotak dengan ukuran 20' X 20' dimana titik 0 bujur berada di Jakarta dan 0 lintang berada di ekuator. Penomoran garis lintang menggunakan angka romawi sedangkan garis bujur menggunakan angka arab.
  2. Quadrangle System Baru
    Merupakan sistem pembagian kotak dengan ukuran 30' X 20' dimana titik 0 bujur berada di Greenwich dan titik 0 lintang berada di ekuator.
Daftar Pustaka
Tim Asisten Geologi Dasar 2012. 2012. Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar. Semarang:UNDIP

Share:

Legenda

    Legenda merupakan suatu daftar atau tabel yang menjelaskan tentang tanda atau simbol yang ada di dalam peta. Legenda biasanya terletak di bagian kanan dari peta yang berisi seluruh simbol beserta dengan keterangannya.
Gambar 1. Contoh Legenda



Share:

Peta Administrasi Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali

     Kecamatan Cepogo merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Secara geografis, Kecamatan Cepogo terletak diantara 110 25' 45" hingga 110 34' 31" Bujur Timur dan 7 28' 6" hingga 7 32' 36" Lintang Selatan. Secara administrasi, Kecamatan Cepogo berbatasan langsung dengan Kecamatan Selo dan Ampel di bagian utara, Kecamatan Boyolali di bagian timur, Kecamatan Musuk bagian selatan.
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Cepogo

     Kecamatan Cepogo terdiri dari 15 desa/kelurahan. Berikut merupakan daftar desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
  1. Desa Bakulan
  2. Desa Cabeankunti
  3. Desa Candigatak
  4. Desa Cepogo
  5. Desa Gedangan
  6. Desa Genting
  7. Desa Gubug
  8. Desa Jelok
  9. Desa Jombong
  10. Desa Kembangkuning
  11. Desa Mliwis
  12. Desa Paras
  13. Desa Sukabumi
  14. Desa Sumbung
  15. Desa Wonodoyo
--> Jasa Pembuatan Peta

Share:

Arah Utara

     Merupakan salah satu unsur peta yang sangat penting. Arah utara digunakan untuk melakukan orientasi medan serta menentukan arah mata angin lainnya sehingga dapat diketahui dengan pasti arah pergerakan yang harus dilakukan. Terdapat tiga macam arah utara, diantaranya adalah
Gambar 1. Kompas
  • Utara Magnetik (magnetic north)
    Merupakan arah magnet bumi yang ditunjukkan oleh jarum kompas (biasanya berwarna merah)
  • Utara Peta (grid north)
    Merupakan arah utara pada lembar peta yang bersangkutan.
  • Utara Sebenarnya (true north)
    Merupakan arah utara geografis atau arah utara sesuai dengan sumbu bumi.

     Arah utara magnetik dan arah utara sebenarnya membentuk sudut penyimpangan yang disebut dengan sudut deklinasi. Angka deklinasi berfungsi sebagai koreksi agar pengepotan pada peta topografi memiliki ketelitian cukup tinggi.

Tim Asisten Geologi Dasar 2012, 2012, Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar, Semarang: Universitas Diponegoro.

<-- Materi Sebelumnya


Share:

Peta Administrasi Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali

     Kecamatan Banyudono merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Secara geografis, Kecamatan Boyolali terletak diantara 110 32' 56" hingga 110 38' 2" Bujur Timur dan 7 29' 11" hingga 7 32' 56" Lintang Selatan. Secara administrasi, Kecamatan Banyudono berbatasan langsung dengan Kabupaten Semarang dan Kecamatan Ampel di bagian utara, Kecamatan Mojosongo di bagian barat, Kecamatan Musuk bagian selatan dan Kecamatan Cepogo di bagian barat.
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Boyolali

     Kecamatan Boyolali terdiri dari 9 desa/kelurahan. Berikut merupakan daftar desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali.
  1. Desa Banaran
  2. Desa Karanggeneng
  3. Desa Kebonbimo
  4. Desa Kiringan
  5. Desa Mudal
  6. Desa Penggung
  7. Desa Pulisen
  8. Desa Siswodipuran
  9. Desa Winong
--> Jasa Pembuatan Peta

Share:

Peta Administrasi Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali

     Kecamatan Banyudono merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Secara geografis, Kecamatan Banyudono terletak diantara 110 39' 58" hingga 110 43' 34" Bujur Timur dan 7 30' 23" hingga 7 33' 56" Lintang Selatan. Secara administrasi, Kecamatan Banyudono berbatasan langsung dengan Kecamatan Sambi dan Ngemplak di bagian utara, Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo di bagian barat, Kecamatan Sawit bagian selatan dan Kecamatan Teras di bagian barat.
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Banyudono

     Kecamatan Banyudono terdiri dari 15 desa/kelurahan. Berikut merupakan daftar desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.
  1. Desa Bangak
  2. Desa Banyudono
  3. Desa Batan
  4. Desa Bendan
  5. Desa Cangkringan
  6. Desa Denggungan
  7. Desa Dukuh
  8. Desa Jembungan
  9. Desa Jipangan
  10. Desa Ketaon
  11. Desa Kuwiran
  12. Desa Ngaru Aru
  13. Desa Sambon
  14. Desa Tanjungsari
  15. Desa Trayu
--> Jasa Pembuatan Peta




Share:

Peta Administrasi Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

     Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Kabupaten Banjarnegara terletak diantara 109 21' 38" hingga 109 55' 5" Bujur Timur dan 7 10' 14" hingga 7 32' 28" Lintang Selatan. Secara administrasi, Kabupaten Banjarnegara berbatasan langsung dengan Kabupaten Pekalongan dan Batang di bagian utara, Kabupaten Wonosobo di bagian timur, Kabupaten Kebumen dan Banyumas di bagian selatan dan Kabupaten Purbalingga di bagian barat.
Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Banjarnegara

    Kabupaten Banjarnegara terdiri dari 20 kecamatan. Berikut merupakan daftar kecamatan yang ada di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah
  1. Kecamatan Banjarmangu
  2. Kecamatan Banjarnegara
  3. Kecamatan Batur
  4. Kecamatan Bawang
  5. Kecamatan Kalibening
  6. Kecamatan Karangkobar
  7. Kecamatan Madukara
  8. Kecamatan Mandiraja
  9. Kecamatan Pagendongan
  10. Kecamatan Pagentan
  11. Kecamatan Pandanarum
  12. Kecamatan Pejawaran
  13. Kecamatan Punggelan
  14. Kecamatan Purwanegara
  15. Kecamatan Purworejo Klampok
  16. Kecamatan Rakit
  17. Kecamatan Sigaluh
  18. Kecamatan Susukan
  19. Kecamatan Wanadadi
  20. Kecamatan Wanayasa


Share:

Skala Peta

     Skala peta merupakan perbandingan antara jarak horizontal di peta dan jarak horizontal sebenarnya. Pada dasarnya, terdapat tiga jenis skala peta, yaitu
  • Representative Fraction Scale (Skala fraksional)
    Merupakan skala yang ditunjukkan dengan pecahan, seperti 1:10.000. artinya adalah jarak 1 cm di peta memiliki jarak 10.000 cm pada daerah sebenarnya. Skala fraksi ini memiliki kelemahan, yaitu pada perbesaran yang dilakukan pada peta. Perbesaran peta yang dilakukan tidak akan merubah angka perbandingan sehingga skala yang tertulis tidak berubah meskipun peta mengalami perbesaran.
  • Graphic Scale (Skala grafik)
    Merupakan perbandingan jarak sebenarnya dengan jarak pada peta menggunakan kotak. Skala grafik merupakan skala terbaik karena tidak terpengaruh dengan adanya perbesaran. Perbesaran peta juga akan memperbesar skala grafik sehingga skala yang tertera tetap sesuai dengan gambar peta.
Gambar 1. Skala grafik
  • Verbal scale (Skala verbal)
    Merupakan skala yang dinyatakan dengan satuan panjang. Skala verbal pada dasarnya sama dengan skala fraksional. Perbedaan skala verbal dan fraksional terletak pada satuan. Contoh skala verbal adalah 1 cm = 10 km artinya 1 cm di peta sama dengan 10 km di lapangan.
Daftar Pustaka
Team Asisten Geologi Dasar, 2012, Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar, Semarang, UNDIP.

Share:

Unsur Peta Topografi

    Unsur peta topografi merupakan bagian yang ada di peta. Unsur peta ini berfungsi untuk memperjelas maksud dari peta dan membantu pengamat dalam memahami peta. Unsur peta topografi diantaranya:
Gambar 1. Peta RBI Bandung

  1. Judul Peta
    Merupakan nama peta atau daerah yang tercantum di peta. Judul peta juga berfungsi untuk memudahkan pencarian lembar peta
  2. Skala Peta
    Merupakan perbandingan antara jarak horizontal sebenarnya dan horizontal peta. Skala peta berfungsi untuk memperkirakan jarak antar dua titik hingga luasan area.
  3. Arah Utara
    Merupakan unsur peta yang menjelaskan arah utara dari daerah yang ada di peta sehingga dapat diketahui susunan sebenarnya.
  4. Legenda
    Merupakan kumpulan penjelasan mengenai tanda-tanda yang digunakan pada peta. Penjelasan dapat berupa daftar maupun tabel.
  5. Nomor Lembar Peta
    Merupakan kotak-kotak yang berisi nomor urut lokasi. Nomor urut tersebut sudah di sesuaikan setiap negara sesuai dengan sistem tertentu.
  6. Indeks Nomor Peta Daerah Sekitar
    Merupakan nomor lembar peta daerah yang bersinggungan langsung dengan peta yang dibuat. Indeks nomor peta daerah sekitar ini berfungsin untuk mempermudah dalam pencarian lembar peta.
  7. Indeks Administrasi
    Merupakan bagian yang menunjukkan wilayah administrasi peta yang digunakan dalam peta.
  8. Edisi Peta
    Merupakan keterangan yang menunjukkan kapan peta tersebut di survey dan dibuat sehingga dapat memberikan gambaran kepada pengamat tentang kemungkinan perubahan yang berlangsung.
Daftar Pustaka
Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Bandung, Edisi I, 2001, Bakosurtanal, Bandung
Team Asisten Geologi Dasar, 2012, Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar, Semarang, UNDIP.


Share:

Peta Administrasi Kecamatan Andong, Kabuapten Boyolali

     Kecamatan Andong merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Secara geografis, Kecamatan Andong terletak diantara 110 43' 51" hingga 110 48' 11" Bujur Timur dan 7 18' 57" hingga 7 26' 3" Lintang Selatan. Secara administrasi, Kecamatan Andong berbatasan langsung dengan Kecamatan Kemusu di bagian utara, Kabupaten Sragen di bagian barat, Kecamatan  Nogosari dan Simo bagian selatan dan Kecamatan Klego di bagian barat.
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Andong

     Kecamatan Andong terdiri dari 16 desa/kelurahan. Berikut merupakan daftar desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali.
  1. Desa Andong
  2. Desa Beji
  3. Desa Gondangrawe
  4. Desa Kacangan
  5. Desa Kadipaten
  6. Desa Kedungdowo
  7. Desa Kunti
  8. Desa Mojo
  9. Desa Munggur
  10. Desa Pakang
  11. Desa Pakel
  12. Desa Palamrejo
  13. Desa Pranggong
  14. Desa Semawung
  15. Desa Sempu
  16. Desa Senggrong
--> Jasa Pembuatan Peta


Share:

Drainase / Pengatusan

      Drainase atau pengatusan merupakan pembuangan masa air secara alami ataupun buatan baik pada permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan air.
Gambar 1. Contoh drainase buatan

     Dalam lingkup rekayasa sipil, drainase dibatasi sebagai serangkaian buangan air yang berfungsi mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat di fungsikan secara optimal sesuai dengan kepentingan lahan seharusnya.

     Dalam tata ruang, drainase berperan penting dalam pengaturan selokan sehingga dapat mengatur pasokan air untuk mencagah terjadinya banjir.

Drainase sendiri terdiri dari berbagai jenis
--> Sistem Jaringan Drainase
--> Jenis-jenis Drainase
--> Pola Jaringan Drainase

<-- Kembali ke materi sebelumnya

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Drainase. Diakses pada Minggu, 10 November 2019, pukul12.28 WIB.
Dr. Ir. Suripin, M. Eng. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi


Share:

Cara Follow Blog

Follow blog pada dasarnya tidak menggunakan akun blogger melainkan menggunakan akun Google.

Berikut adalah langkah-langkah untuk Follow Blog.

  1. Buka Blog yang akan anda Follow
  2. Cari Bagian Follow pada blog yang akan anda follow
  3. Klik kotak Follow / Ikuti
  4. Akan muncul Window baru dan pilih Follow / Ikuti
  5. Selesai, angka Followers akan tambah.
Jika anda menggunakan HP, langkahnya sama dengan menggunakan pc hanya saja kotak follow pada hp biasanya terdapat di bagian bawah blog.

Share:

Peta Administrasi Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali

     Kecamatan Ampel merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Secara geografis, Kecamatan Ampel terletak diantara 110 26' 21" hingga 110 36' 17" Bujur Timur dan 7 24' 8" hingga 7 29' 53" Lintang Selatan. Secara administrasi, Kecamatan Ampel berbatasan langsung dengan Kabupaten Semarang di bagian utara, Kecamatan Boyolali, Cepogo dan Selo di bagian selatan dan Kabupaten Magelang di bagian barat.
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Ampel

     Kecamatan Ampel terdiri dari 20 desa/kelurahan. Berikut merupakan daftar desa yang ada di Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.
  1. Desa Banyuanyar
  2. Desa Candi
  3. Desa Candisari
  4. Dasa Gladagsari
  5. Desa Gondangslamet
  6. Desa Jlarem
  7. Desa Kaligentong
  8. Desa Kembang
  9. Desa Ngadirojo
  10. Desa Ngagrong
  11. Desa Ngampon
  12. Desa Ngargoloko
  13. Desa Ngargosari
  14. Desa Ngenden
  15. Desa Sampetan
  16. Desa Seboto
  17. Desa Selodoko
  18. Desa Sidomulyo
  19. Desa Tanduk
  20. Desa Urutsewu
--> Jasa Pembuatan Peta



Share:

Peta Topografi

     Peta Topografi menjadi peta landasan bagi seorang surveyor terutama untuk geologist. Peta topografi dapat menjadi penunjuk arah serta menjadi penentu lokasi pengambilan sampel dan lokasi yang akan dilakukan pemetaan detail dengan menggunakan ilmu pengindraan jauh. Secara harfiah, Peta Topografi merupakan salah satu jenis peta yang menggambarkan penyebaran bentuk dan ukuran dari roman muka bumi meliputi:
Gambar 1. Contoh Peta Topografi
  • Relief
    Merupakan kenampakan beda tinggi permukaan bumi. Pada peta topografi, umumnya digambarkan dengan garis yang memiliki keterangan ketinggian atau dapat digambarkan dengan gradasi warna seperti pada Digital Elevation Model.
  • Drainase/Pengatusan
    Merupakan jalur atau tempat akumulasi dan tempat mengalirnya air permukaan, diantaranya adalah sungai, danau, rawa dan laut.
  • Hasil Budaya
    Kenampakan hasil aktivitas manusia, yaitu desa, kota, jalan dan lain sebagainya.
Materi Terkait
    Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan Percetakan UNS (UNS Press)
    Rahardjo, Wartono. 2007. Metode Geologi Lapangan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
    Tim Asisten Geologi Dasar 2012. Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar. Semarang: Universitas Diponegoro
    Tim Asisten Geomorfologi dan Geologi Foto. 2015. Buku Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto. Semarang: Universitas Diponegoro.

Share:

Coprolite, Gastrolith, Pseudofossils, Dendrites dan Konkresi

     Coprolite berasal dari kata copros dalam bahasa Yunani berarti kotoran. Coporlite dapat dihasilkan oleh semua organisme baik vertebrata maupun invertebrata. Mempelajari coprolite erat kaitannya dengan bentuk anatomi dari pencernaan serta jenis makanan yang sering dimakan oleh organisme yang telah punah tersebut.
Gambar 1. Coprolite

     Gastrolite adalah batuan halus, berbentuk well rounded yang terdapat pada perut organisme dan berguna untuk membantu mencerna makanan pada beberapa golongan reptil. Batu-batu tersebut diduga ditelan oleh organisme tersebut, terabrasi oleh proses pencernaan dan menjadi halus.

     Pseudofossils merupakan suatu benda di alam yang terbentuk secara anorganik yang memiliki kemiripan dengan fosil tumbuhan dan hewan. Oleh karena itu, benda-benda tersebut sering di kelirukan sebagai fosil dan dinamakan Pseudofossils.

     Dendrites merupakan endapan tipis mangan dioksida (MnO2) yang melekat pada batuan, biasanya ditemukan pada bidang perlapisan. Karena bentuknya yang bercabang-cabang, dendrites sering dikelirukan dengan fosil urat daun.
Gambar 2. Dendrites

     Konkresi merupakan suatu akumulasi dari mineral atau batuan yang terdapat pada serpih atau batugamping yang memiliki bentuk seperti fosil. Konkresi ini terbentuk sebagai akibat mengumpulnya semen yang melingkupi suatu inti berbeda. Inti dari konkresi kebanyakan merupakan fosil asli.


Share:

Track, Trail dan Burrow

     Track, Trail dan Burrow termasuk kedalam golongan fosil dengan pengawetan pada jejak dan tapak. Ketiga jenis fosil ini dapat menggambarkan bagnaimana bentuk dari tapak makhluk hidup yang telah mati dan mengetahui bagaimana makhluk hidup tertentu bertahan hidup atau membuat rumahnya.
Gambar 1. Contoh fosil track berupa jejak dinosaurus

     Track adalah fosil jejak telapak kaki hewan yang hidup pada masa lampau pada batuan lunak. Salah satu contoh track adalah jejak kaki dinosaurus yang mampu menggambarkan bentuk telapak kaki dari dinosaurus tersebut.
Gambar 2. Contoh fosil trail berupa jejak hewan melata

    Trail adalah fosil jejak dari pergerakan hewan melata yang hidup pada masa lampau pada batuan lunak. Trail dapat menggambarkan cara perpindahan hewan tersebut. Contoh dari trail adalah jejak dari cacing yang tertinggal pada batuan sedimen dan terfosilkan.
Gambar 3. Contoh fosil burrow berupa bekas penggalian hewan

    Burrow adalah fosil berupa liang yang menggambarkan tata cara penggalian hewan yang hidup pada masa lampau untuk mereka bertahan hidup.
Share:

Peta Administrasi Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak

     Kecamatan Wonosalam merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Demak. Secara geografis, Kecamatan Wonosalam terletak diantara 110 35' 34" hingga 110 43' 22" Bujur Timur dan 6 52' 4" hingga 6 58' 23" Lintang Selatan. Secara administrasi, Kecamatan Wonosalam berbatasan langsung dengan Kecamatan Demak di bagian utara, Kecamatan Gajah dan Dempet di bagian timur, Kecamatan Kebonagung di bagian selatan dan Kecamatan Karang Tengah di bagian barat.
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Wonosalam

     Kecamatan Wonosalam terdiri dari 21 desa/kelurahan. Berikut merupakan daftar desa yang ada di Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Demak.
  1. Desa Botorejo
  2. Desa Bunderan
  3. Desa Doreng
  4. Desa Getas
  5. Desa Jogoloyo
  6. Desa Kalianyar
  7. Desa Karangrejo
  8. Desa Karangrowo
  9. Desa Kendaldoyong
  10. Desa Kerangkulon
  11. Desa Kuncir
  12. Desa Lempuyang
  13. Desa Mojodemak
  14. Desa Mranak
  15. Desa Mrisen
  16. Desa Pilangrejo
  17. Desa Sidomulyo
  18. Desa Tlogodowo
  19. Desa Tlogorejo
  20. Desa Trengguli
  21. Desa Wonosalam
--> Jasa Pembuatan Peta


Share:

Peta Administrasi Kecamatan Wedung Kabupaten Demak

     Kecamatan Wedung merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Demak. Secara geografis, Kecamatan Wedung terletak diantara 110 32' 3" hingga 110 40' 28" Bujur Timur dan 6 42' 21" hingga 6 50' 8" Lintang Selatan. Secara administrasi, Kecamatan Wedung berbatasan langsung dengan Kabupaten Jepara di bagian utara, Kecamatan Mijen di bagian timur, Kecamatan Bonang di bagian selatan dan Laut Jawa di bagian barat.
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Wedung

     Kecamatan Wedung terdiri dari 20 desa/kelurahan. Berikut merupakan daftar desa yang ada di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak.
  1. Desa Babalan
  2. Deas Berahan Kulon
  3. Desa Berahan Wetan
  4. Desa Buko
  5. Desa Bungo
  6. Desa Jetak
  7. Desa Jungpasir
  8. Desa Jungsemi
  9. Desa Kedungkarang
  10. Desa Kedungmutih
  11. Desa Kendalasem
  12. Desa Kenduren
  13. Desa Mandung
  14. Desa Mutih Kulon
  15. Desa Mutih Wetan
  16. Desa Ngawen
  17. Desa Ruwit
  18. Desa Tedunan
  19. Desa Tempel
  20. Desa Wedung
--> Jasa Pembuatan Peta

Share:

Peta Administrasi Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak

     Kecamatan Sayung merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Demak. Secara geografis, Kecamatan Sayung terletak diantara 110 27' 24" hingga 110 33' 47" Bujur Timur dan 6 51' 31" hingga 6 59' 17" Lintang Selatan. Secara administrasi, Kecamatan Sayung berbatasan langsung dengan Laut Jawa di bagian utara, Kecamatan Karangtengah dan Guntur di bagian timur, Kecamatan Mranggen di bagian selatan dan Kotamadya Semarang di bagian barat.
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Sayung

     Kecamatan Sayung terdiri dari 20 desa/kelurahan. Berikut merupakan daftar desa yang ada di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
  1. Desa Banjarsari
  2. Desa Bedono
  3. Desa Bulusari
  4. Desa Dombo
  5. Desa Gemulak
  6. Desa Jetaksari
  7. Desa Kalisari
  8. Desa Karangasem
  9. Desa Loireng
  10. Desa Perampelan
  11. Desa Pilangsari
  12. Desa Purwosari
  13. Desa Sayung
  14. Desa Sidogemah
  15. Desa Sidorejo
  16. Desa Sriwulan
  17. Desa Surodadi
  18. Desa Tambakroto
  19. Desa Timbulsloko
  20. Desa Tugu
--> Jasa Pembuatan Peta
Share:

Mold dan Cast

      Mold dan Cast pada dasarnya memiliki bentuk yang sangat mirip. Kedua jenis ini terjadi pada batuan sedimen yang membatu. Perbedaan yang ada pada keduanya adalah posisi organisme yang tercetak pada batuan sedimen.
Gambar 1. Mold (kiri) dan Cast (kanan)
  • Mold
Mold terbentuk apabila organisme menekan sedimen sebelum membatu yang kemudian menimbulkan cetakan pada bagian cangkan yang menekan batuan sedimen tersebut.

  • Cast
Cast merupakan mold yang telah terisi oleh material sedimen sehingga membentuk cetakan yang hampir sama dengan mold. Cast sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu internal dan external cast. Internal cast menunjukkan karakteristik internal organisme sedangkan external cast menunjukkan karakteristik bagian luar. 

Share:

Clinic Bimbel

Popular Posts

Blog Archive

Followers