• Jasa Pengukuran Geolistrik

    Kami menyediakan jasa pengukuran Geolistrik untuk berbagai macam bidang oleh tenaga ahli handal yang telah berpengalaman.

  • Jasa Pemboran / Pengeboran

    Kami menyediakan jasa pemboran untuk berbagai macam keperluan baik untuk pemboran sumur dalam maupun geoteknik.

  • Jasa Pembuatan Peta

    Kami menyediakan jasa pembuatan berbagai macam peta seluruh Indonesia. Hasil dapat berupa raster maupun vector sesuai dengan pesanan.

  • Jasa Pemetaan Geologi

    Kami menyediakan jasa untuk melalkukan pemetaan geologi, baik untuk keperluan tambang, geoteknik maupun keperluan penelitian.

Pelaksanaan Lapangan Peta Lintasan Geologi

     Dalam pelaksanaan lapangan peta lintasan geologi, titik-titik pengamatan ditentukan sesuai dengan keadaan lapangan. Keadaan yang diperhatikan diantaranya adalah:
Gambar 1. Gambaran peta lintasan dan profil geologi

  • Topografi lapangan yang digunakan sebagai intepretasi lama perjalanan yang akan dilalui.
  • Jenis litologi berdasarkan sumber yang ada sebagai penentuan arah perjalanan. Pada daerah yang memiliki batuan beku titik pengamatan sebaiknya di buat lebih banyak untuk mengetahui pergerakan magma dan mencari kontak batuan yang mungkin. Sedangkan untuk batuan sedimen, lebih diutamakan memotong strike batuan dengan tujuan mengetahui ragam batuan yang ada di lintasan tersebut.
  • Utilitas lapangan terutama sungai, hindari pemotongan sungai besar, karena dapat menghambat pergerakan dalam melakukan pengukuran peta lintasan di lapangan.
     Pada dasarnya, melakukan lintasan merupakan cara paling penting di dalam pelaksanaan pemetaan geologi. Cara pembuatan peta lintasan dapat berbeda-beda dengan konsep yang sama, yaitu melakukan pengamatan geologi sepanjang lintasan yang dilalui.

Daftar Pustaka
Asikin, Sukendar., Koesoemadinata R P., Sampurno., Ong Hang Ling., Suparka, Emy., Subroto Eddy A., dan Harsolumakso, Agus H. 1999. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.


--> Jasa Pemetaan Geologi

Share:

Koreksi Sudut

     Koreksi sudut merupakan koreksi yang dilakukan pada hasil penggambaran peta lintasan yang memperhatikan sudut dari selisih titik akhir penggambaran dan sebenarnya. Koreksi sudut pada lintasan tertutup maupun terbuka memiliki konsep yang sama dengan perbedaan berada pada titik akhir. Titik akhir pada lintasan tertutup akan kembali ke titik awal sedangkan titik akhir lintasan terbuka berada pada hasil plotting di titik terakhir.
Gambar 1. Koreksi Sudut

     Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan koreksi sudut:
  • Hubungkan titik awal dan titik akhir
  • Jika panjang titik pertama ke titik akhir penggambaran lebih besar daripada titik pertama ke titik akhir sebenarnya, maka hitung persentase selisih jarak keduanya terhadap jarak penggambaran (selisih dua jarak/jarak titik pertama ke titik akhir penggambaran X 100%)
  • Perpendek setiap segmen dengan persentase yang telah dihitung sebelumnya.
  • Jika kasusnya terbalik (jarak lebih pendek) maka berlaku hukum sebaliknya.
  • Buatlah sudut sebesar sudut yang terbentuk antara garis jarak titik pertama ke titik akhir penggambaran dan garis jarak titik pertama ke titik akhir sebenarnya, pada setiap segmen sesuai dengan arah pada sudut yang terbuat (searah jarum jam atau berlawanan)
  • Membuat garis bantu setiap segmen dengan sudut sesuai ketentuan diatas.
  • Membuat lintasan baru pada garis bantu untuk segmen pertama dengan panjang yang telah diubah sesuai ketentuan diatas dan untuk titik selanjutnya membuat garis yang sejajar dengan garis bantu. Ulangi hingga mendapatkan penggambaran yang sesuai.
Daftar Pustaka
Asikin, Sukendar., Koesoemadinata R P., Sampurno., Ong Hang Ling., Suparka, Emy., Subroto Eddy A., dan Harsolumakso, Agus H. 1999. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.



Share:

Peta Administrasi Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali

     Kecamatan Sawit merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Secara geografis, Kecamatan Sawit terletak diantara 110 38' 58" hingga 110 43' 17" Bujur Timur dan 7 33' 12" hingga 7 35' 37" Lintang Selatan. Secara administrasi, Kecamatan Sawit berbatasan langsung dengan Kecamatan Banyudono di bagian utara, Kabupaten Sukoharjo di bagian timur, Kabupaten Klaten di bagian selatan dan Kecamatan Teras di bagian barat.
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Mojosongo

     Kecamatan Sawit terdiri dari 12 desa/kelurahan. Berikut merupakan daftar desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali.
  1. Desa Bendosari
  2. Desa Cepokosawit
  3. Desa Gombang
  4. Desa Guwokajen
  5. Desa Jatirejo
  6. Desa Jenengan
  7. Desa Karangduren
  8. Desa Ketaguhan
  9. Desa Kemasan
  10. Desa Manjung
  11. Desa Tegalrejo
  12. Desa Tlawong
Share:

Koreksi Jarak

     Koreksi jarak merupakan koreksi yang dilakukan kepada hasil penggambaran peta lintasan yang tidak sesuai dengan seharusnya menggunakan jarak perbedaan yang tergambar. Pada dasarnya, koreksi jarak yang dilakukan pada lintasan tertutup maupun lintasan terbuka memiliki konsep yang sama, tetapi berbeda pada penentuan titik akhir dimana lintasan tertutup kembali ke titik awal dan lintasan terbuka dilakukan plotting area titik terakhir.
Gambar 1. Penggambaran koreksi jarak lintasan tertutup (gambar atas) dan lintasan terbuka (gambar bawah)

Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan koreksi jarak:
  • Hubungkan titik awal dan titik akhir penggambaran
  • Hitunglah jarak titik awal dan titik akhir penggambaran
  • Bagi jarak titik awal dan akhir dengan jumlah segmen
  • Misal, pengukuran dilakukan dari titik A, B, C dan D. Pengukuran akan memiliki 4 segmen, maka jarak di bagi 4.
  • Buatlah garis sejajar pada setiap titik
  • Geser titik yang telah dibuat sejauh pembagian jarak setiap segmen. Misal, untuk pengukuran 4 segmen, titik A digeser sejajar sejauh 1/4 dari jarak titik awal ke titik akhir. Titik B digeser sejauh 2/4 dari jarak titik awal ke titik akhir, dan seterusnya
  • Hubungkan titik-titik baru yang telah dibuat sehingga menjadi bentuk lintasan tertutup.
Daftar Pustaka
Asikin, Sukendar., Koesoemadinata R P., Sampurno., Ong Hang Ling., Suparka, Emy., Subroto Eddy A., dan Harsolumakso, Agus H. 1999. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.



Share:

Koreksi Peta Lintasan

     Peta Lintasan geologi terbagi menjadi dua, yaitu peta lintasan tertutup dimana titik pengukuran terakhir kembali lagi ke titik awal pengukuran dan peta lintasan terbuka dimana titik pengukuran terakhir tidak kembali ke titik awal pengukuran. Jika pada penggambaran hasil pengukuran peta lintasan tertutup tidak kembali ke titik awal untuk peta lintasan tertutup dan titik pengukuran terakhir tidak berhimpitan dengan koordinat lokasi terakhir, perlu dilakukan koreksi terhadap penggambaran hasil pengukuran lapangan.
Gambar 1. Koreksi Peta Lintasan Terbuka


Gambar 2. Koreksi Peta Lintasan Tertutup

     Koreksi hasil pengukuran lapangan terbagi menjadi dua, yaitu:
  • Koreksi jarak, yaitu menghitung koreksi berdasarkan jarak antara hasil pengukuran yang seharusnya dan penggambaran dilapangan
  • Koreksi sudut, yaitu menghitung koreksi berdasarkan sudut dari pergeseran titik yang seharusnya.
Daftar Pustaka
Asikin, Sukendar., Koesoemadinata R P., Sampurno., Ong Hang Ling., Suparka, Emy., Subroto Eddy A., dan Harsolumakso, Agus H. 1999. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.



Share:

Penggambaran Peta Lintasan

     Setelah pengukuran lapangan, diperlukan penggambaran peta lintasan agar dapat menggambarkan kondisi lapangan yang dilalui. Penggambaran peta lintasan hasil pengukuran meliputi:
Gambar 1. Hasil Pengukuran dan Penggambaran Peta Lintasan
  • Nomor Titik Pengamatan geologi dan Nomor Lintasan Pengamatan
    Nomor yang dituliskan bertujuan agar tidak terjadi pertukaran antara pengukuran satu dengan yang berikutnya.
  • Jurus dan Kemiringan Unsur Struktur
    Jurus dan kemiringan unsur struktur perlu digambarkan agar dapat mengetahui kondisi bawah permukaan dari hasil pengukuran lintasan dan dapat memberikan informasi mengenai kondisi geologi yang ada. Jurus dan kemiringan unsur struktur yang harus tuliskan seperti lapisan, kekar, sesar, foliasi dan sebagainya.
  • Jarak
    Jarak yang di tuliskan merupakan jarak yang ada di peta dimana penggambaran dilakukan dengan dua dimensi yang terdiri dari arah dan jarak. Pengukuran dilakukan secara tiga dimensi yang terdiri dari arah, panjang lintasan dan beda tinggi antar titik. Untuk mengubahnya menjadi dua dimensi, diperlukan perhitungan koreksi jarak yang mana menggunakan rumus:
Jarak di Peta = Jarak Terukur - Cos (sudut lereng lintasan)

     Dengan menggunakan tida poin diatas, penggambaran akan semakin sempurna dan dapat dipahami oleh berbagai macam kalangan baik oleh geologist lain maupun orang awam.

Daftar Pustaka
Asikin, Sukendar., Koesoemadinata R P., Sampurno., Ong Hang Ling., Suparka, Emy., Subroto Eddy A., dan Harsolumakso, Agus H. 1999. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.



Share:

Pengukruan Lintasan Geologi

     Pengukuran lintasan harus memiliki tiga hal utama, yaitu perencanaan lintasan, perhitungan jarak dan pengamatan batuan samping. Ketiga hal tersebut akan menjadikan lintasan geologi menjadi baik dan mudah dipahami oleh orang lain.
Gambar 1. Peta Lintasan

Perencanaan Lintasan

    Perencanaan lintasan harus disesuaikan dengan medan yang akan dilalui, karena perencanaan lintasan berkaitan erat dengan perencanaan akomodasi. Jika terjadi kesalahan pada perencanaan, akomodasi akan terganggu. Perencanaan juga menjadikan pengukuran lintasan geologi semakin baik dan teratur. Pada perencanaan pengukuran lintasan geologi terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
  • Lintasan sebaiknya memotong arah umum penyebaran batuan
  • Lintasan diusahakan melalui daerah yang memiliki banyak singkapan
  • Lintasan diusahakan tidak melalui daerah yang sulit untuk di lewati

Perhitungan Jarak

     Perhitungan jarak dilakukan untuk mengetahui perpindahan yang dilakukan pada saat pengukuran lintasan geologi dan dapat digambarkan di peta dasar atau peta sementara. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan pita ukur atau menggunakan langkah. Pengukuran menggunakan langkah sebaiknya dilakukan kalibrasi langkah terhadap meteran sehingga dapat menentukan jarak yang lebih aktual.

Pengamatan Geologi

     Pengamatan dilakukan kepada setiap lintasan yang dilewatinya. Pengamatan geologi bertujuan untuk mendapatkan data geologi yang ada di daerah pengamatan sehingga dapat menggambarkan penampang geologi dari hasil pengukuran lintasan geologi.

Daftar Pustaka
Asikin, Sukendar., Koesoemadinata R P., Sampurno., Ong Hang Ling., Suparka, Emy., Subroto Eddy A., dan Harsolumakso, Agus H. 1999. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.



Share:

Lintasan Geologi

     Lintasan geologi merupakan rangkaian pengamatan, yang didapatkan dengan cara melintasi suatu wilayah, yang hasilnya akan disajikan dalam bentuk penampang geologi atau peta lintasan geologi. Cara ini ditempuh apabila peta dasar tidak tersedia atau skala peta tidak dapat menjangkau kedetailan data yang akan direkam. Cara ini umumnya dilakukan pada pemetaan geologi pendahuluan (reconnaissance mapping).
Gambar 1. Peta Lintasan Geologi

     Salah satu cara yang digunakan untuk melakukan pembuatan lintasan geologi adalah dengan pengukuran kompas. Pengukuran kompas dilakukan menggunakan kompas geologi sebagai penentu arah pergerakan dan tali ukura sebagai pengukur jarak tempuh. Lintasan geologi terbagi menjadi dua macam, yaitu peta lintasan tertutup dan peta lintasan terbuka. Setiap lintasan memiliki koreksinya masing-masing yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pergeseran pada saat pengukuran kompas.
Daftar Pustaka
Asikin, Sukendar., Koesoemadinata R P., Sampurno., Ong Hang Ling., Suparka, Emy., Subroto Eddy A., dan Harsolumakso, Agus H. 1999. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.


--> Jasa Pemetaan Geologi

Share:

Sketsa Singkapan

     Sketsa singkapan merupakan kegiatan penggambaran singkapan menggunakan gambar dua dimensi yang dimaksudkan untuk menonjolkan hal-hal yang ada pada singkapan. Dalam sketsa ini sangat diutamakan aspek geologi yang ada di singkapan untuk dituliskan. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sketsa singkapan diantaranya adalah:
Gambar 1. Sketsa singkapan


  • Pengamatan gejala struktur (bidang perlapisan, bidang sesar, bidang dan sumbu-sumbu kekar kolom).
  • Macam batuan (batuan sedimen berlapis, batuan beku dengan kekar kolom, batuan metamorf berfoliasi).
  • Dimensi singkapan dan gejala struktur.
  • Lokasi dan skala singkapan.
     Judul sketsa sebaiknya mencakup hal tersebut diatas dan disertai dengan pesan bagi pembaca.

Daftar Pustaka

Asikin, Sukendar., Koesoemadinata R P., Sampurno., Ong Hang Ling., Suparka, Emy., Subroto Eddy A., dan Harsolumakso, Agus H. 1999. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Compton, R. R. 1985. Geology in the Field. John Wiley & Sons.



Share:

Sketsa Bentang Alam

     Sketsa bentang alam diperlukan untuk mengetahui kondisi bentang alam yang ada di sekitar daerah pengamatan. Sketsa bentang alam juga membutuhkan kesan prespektif yang didapatkan dengan memperhatikan dua hal utama, yaitu garis cakrawala dan bidang pandang.
Gambar 1. Sketsa Geomorfologi

Garis Cakrawala

   Garis cakrawala akan memberikan prespektif posisi pengamat terhadap gambar dengan ketentuan:
  • letak cakrawala 2/3 lebih dari batas bawah gambar menunjukkan kedudukan pengamat yang berada di atas (flying bird eye/pandangan burung terbang)
  • letak cakrawala lebih kurang 2/3 dari batas bawah gambar menunjukkan pengamat berada lebih tinggi daripada objek yang diamatinya.
  • letak cakrawala 1/2 dari batas bawah gambar menunjukkan pengamat berada pada ketinggian yang sama dengan objek yang diamatinya.
  • letak cakrawala yang kurang dari 1/3 dari batas bawah gambar, menunjukkan pengamat berada di bagian bawah objek yang diamatinya dengan menggunakan penggambaran pandangan katak.

Membagi Bidang Pandang

     Bidang muka merupakan bidang yang paling dekat dengan pengamat. Bidang muka dapat digambarkan dengan garis tegas dan lebih tebal dibandingkan dengan bidang lain yang letaknya lebih jauh dari pengamat sehingga dapat diketahui perspektif jarak objek dari pengamat.
     Latar belakang merupakan bidang yang letaknya paling jauh dari pengamat. Latar belakang dapat dibuat dengan menggunakan garis tipis-tipis dan agak kabur. 

     Pada penggambaran sketsa, tidak perlu detail agar tidak menutupi sasaran penggambaran terutama dalam melakukan pewarnaan yang mungkin dapat menutupi garis-garis geologi yang dibuat. Garis-garis jelas, teliti dan bermakna diutamakan untuk penjelasan mengenai kondisi geologi objek yang diamati sedangkan untuk ketelitian lain seperti vegetasi dan rumah dapat dihilangkan agar makna geologinya dapat tersampaikan dengan baik dan menyeluruh.

Daftar Pustaka
Asikin, Sukendar., Koesoemadinata R P., Sampurno., Ong Hang Ling., Suparka, Emy., Subroto Eddy A., dan Harsolumakso, Agus H. 1999. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Compton, R. R. 1985. Geology in the Field. John Wiley & Sons.



Share:

Prespektif dan Teknik Pengarsiran (Arseering)

     Prespektif merupakan cara penggambaran dengan memperhatikan panjang, lebar dan tinggi dari objek. Dalam pembuatan sketsa terutama sketsa bentuk lahan atau singkapan dengan skala luas, kesan prespektif sangat dianjurkan untuk diaplikasikan. Kesan prespektif dapat memberikan penggambaran bagi pembaca mengenai kondisi singkapan baik berupa bentuk lahan maupun singkapan luas. Pada dasarnya, kesan prespektif memiliki beberapa ketentuan diantaranya adalah:
Gambar 1. Sketsa Karangsambung

  • semakin jauh letak benda akan memiliki kenampakan semakin kecil,
  • semakin jauh letak benda akan semakin kabur tingkat kedetailannya,
  • garis-garis sejajar yang menjauhi pengamat akan menyatu di suatu tempat,
  • garis-garis sejajar dengan cakrawala, akan tetap terlihat sejajar, seperti: tiang listrik dll.
     Pengarsiran dilakukan agar menimbulkan kesan tiga dimensi pada gambar sehingga akan terlihat adanya tonjolan atau lekukan pada singkapan. Cara yang dilakukan dalam pengarsiran, umunya menggunakan garis atau titik. Garis maupun titik yang digunakan akan semakin tebal pada daerah yang memiliki intensitas cahaya sangat rendah (semakin gelap akan semakin banyak garis dan titiknya).

     Penggunaan prespektif dan pengarsiran dapat menghasilkan gambaran singkapan yang sempurna sehingga maksud yang diberikan oleh pengamat di lapangan dapat tersampaikan kepada pembaca.

Daftar pustaka
Asikin, Sukendar., Koesoemadinata R P., Sampurno., Ong Hang Ling., Suparka, Emy., Subroto Eddy A., dan Harsolumakso, Agus H. 1999. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Compton, R. R. 1985. Geology in the Field. John Wiley & Sons.


--> Jasa Pemetaan Geologi
Share:

Sketsa

     Sketsa merupakan salah satu cara untuk menyatakan gambaran dari singkapan yang diamati. Seorang geologist, akan menggunakan sketsa untuk menjabarkan keadaan lapangan dari suatu singkapan yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan penggambarannya kepada orang lain terutama pada hal-hal yang sulit untuk dijelaskan. Selain untuk menjelaskan, sketsa juga menjadi gambaran bagus untuk kondisi geologi yang rumit sehingga tergambarkan dengan sempurna beserta keterangan-keterangan gambarnya.
Gambar 1. Sketsa Batuan Sedimen

     Penggambaran sketsa umumnya dilakukan pada buku yang memiliki gambaran skala sehingga dalam pemberian skala dapat lebih akurat dibandingkan dengan buku biasa tanpa adanya garis skala. Skala pada sketsa berfungsi untuk menjelaskan dimensi sebenarnya dari singkapan tersebut sehingga pembaca dapat mengetahui maksud penggambaran hingga mampu menganalisa kejadian geologi yang terjadi pada singkapan tersebut.

     Foto merupakan salah satu elemen pendukung sketsa yang dapat menjelaskan mengenai kondisi lapangan. Meskipun foto dapat terlihat seperti kenyataan, sebuah foto memiliki kelemahan dimana dengan menggunakan foto, seorang geolog tidak dapat mengetahui kejadian-kejadian penting yang terjadi seperti: adanya rekahan yang mungkin tidak terekam, adanya pengotor pada batuan yang juga tidak terlihat difoto dan lain sebagainya.

     Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dalam pembuatan sketsa sesuai dengan penggunaannya, diantaranya adalah:
  1. Prespektif dan Pengasiran (Arseering)
  2. Sketsa Bentang Alam
  3. Sketsa Singkapan
Daftar Pustaka
Asikin, Sukendar., Koesoemadinata R P., Sampurno., Ong Hang Ling., Suparka, Emy., Subroto Eddy A., dan Harsolumakso, Agus H. 1999. Buku Pedoman Geologi Lapangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Compton, R. R. 1985. Geology in the Field. John Wiley & Sons.


<-- Jasa Pemetaan Geologi

Share:

Peta Administrasi Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali

     Kecamatan Sambi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Secara geografis, Kecamatan Sambi terletak diantara 110 37' 45" hingga 110 43' 50" Bujur Timur dan 7 26' 18" hingga 7 31' 13" Lintang Selatan. Secara administrasi, Kecamatan Sambi berbatasan langsung dengan Kecamatan Simo dan Nogosari di bagian utara, Kecamatan Ngemplak di bagian timur, Kecamatan Banyudono dan Teras di bagian selatan dan Kabupaten Semarang di bagian barat.
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Mojosongo

     Kecamatan Sambi terdiri dari 16 desa/kelurahan. Berikut merupakan daftar desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali.
  1. Desa Bendan
  2. Desa Canden
  3. Desa Catur
  4. Desa Cermo
  5. Desa Demangan
  6. Desa Glintang
  7. Desa Jagoan
  8. Desa Jatisari
  9. Desa Kepoh
  10. Desa Ngalik
  11. Desa Nglembu
  12. Desa Sambi
  13. Desa Senting
  14. Desa Tawengan
  15. Desa Tempursari
  16. Desa Trosobo
--> Jasa Pembuatan Peta

Share:

Pengenalan Batuan Di Lapangan

     Kegiatan lapangan merupakan hal wajib bagi geologist. Kegiatan lapangan akan mendapatkan berbagai macam hasil sesuai dengan pengambilan dan keperluannya. Dalam melakukan kegiatan lapangan, geologist harus mampu mendeterminasi batuan terutama pada singkapan yang telah tersedia di alam. Dalam pengenalan batuan di lapangan, geologist paling tidak harus mengetahui beberapa hal mengenai batuan diantaranya:
Gambar 1. Contoh singkapan

     Setelah melalui tahap-tahap tersebut, barulah geologist akan dapan menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi pada singkapan dan mengetahui langkah selanjutnya yang harus diambil. Sebagai contoh: mengetahui batuan beku dan mengetahui arah datangnya sumber batuan, maka dengan mudah akan dapat menentukan arah penambangan batuan yang di sarankan.

Share:

Clinic Bimbel

Popular Posts

Blog Archive

Followers