2.1 Pengertian
Batuan Sedimen
Karbonat
Menurut Pettijohn (1975), batuan karbonat adlah batuan yang unsur
karbonatnya lebih besar dari unsur non karbonat atau dengan kata lain unsur
karbonatnya >50%. Material karbonat dapat berasal dari presipitasi langsung
dari air atau dari organisme yang membentuk cangkang karbonatan.
Pembentukan batuan sedimen karbonat sama dengan batuan sedimen lainnya
tetapi material yang diensapkan berasal dari material sedimen yang telah ada
sebelumnya (allochtonous limestone),
hasil lithifikasi pada suatu lingkungan pengendapan karbonat yang telah ada
maupun hasil pelarutan material karbonat dengan larutan karbonat di daerah
tersebut (autochnous limestone).
Aspek perbedaan antara batuan sedimen karbonat dan batuan siliklastik
antara lain:
·
Pembentukannya tergantung aktivitas
oragnisme (98% asal organisme).
·
Sangat mudah berubah karena proses diagenesis.
·
Terbentuk pada lingkungan dimana dia
terendapkan (intrabasinal).
Endapan karbonat merupakan hasil proses biokimia di lingkungan laut yang
jernih, hangat dan dangkal.
2.2. Komponen
Komponen yag membentuk batuan sedimen karbonat anatara lain adalah:
2.2.1
Allochem (Grain)
Allochem merupakan komponen batuan karbonat berupa partikel/butiran yang
berukuran lebih dari atau sama dengan pasir. Macam-macam grain (Allochem) adalah:
a.
Non Skeletal Grain
Merupakan grain atau butiran dalam batuan karbonat yang
bukan berasal dari cangkang atau rangka organisme karbonatan. Macam-macam non
skeletal grain antara lain:
·
Ooid/oolith/coated
grain
Ooid merupakan butiran berbentuk spheroidal/elipsoid yang
struktur laminasi konsentris mengelilingi satu pusat inti dengan ukuran <2
mm (berukuran pasir), yang menjadi partikel inti biasanya berupa fragmen
cangkang atau butiran kuarsa yang kemudian terlingkupi oleh karbonat halus
karena proses agitasi gelombang.
·
Pisoid/pisolit
Pisoid merupakan butiran karbonat seperti ooid tapi
mempunyai ukuran > 2 mm.
·
Pelloid/pellet
Pelloid adalah butiran karbonat berbentuk spheroidal atau
ellipsoidal atau runcing tapi tidak memiliki struktur dalam seperti ooid.
Ukuran pellet relatif lebih kecil, tapi biasanya berdiameter 0,1 – 0,5 mm. Peloid
berasal dari sekresi organisme, terutama organisme peakan lumpur.
·
Intraclast
Intraclast merupakan fragmen dari batuan karbonat yang
telah ada sebelumnya yang kemudian mengalami proses rombakan dan terendapkan
kembali sebagai grain dalam batugamping yang lebih muda. Biasanya akibat storm
deposit atau endapan turbidit.
·
Klastika Karbonat
Klastika karbonat merupakan butiran karbonat yang berasal
dari proses erosi batugamping purba yang telah tersingkap di darat, atau
berasal dari proses erosi endapan-endapan karbonat terkonsolidasi lemah pada
cekungan pengendapan.
b.
Skeletal Grain
Skeletal grain merupakan fragmen karbonat yang berasal
dari bagian keras oraganisme/cangkang/tubuh organisme.
2.2.2
Orhochem
Orthochem merupakan komponen batuan karbonat yang mineralnya
terkristalisasi langsung di tempat pengendapan sehingga tidak memiiki
butiran-butiran bawaan. Macam-macam orthochem adalah:
a.
Micrite (Microcrystalin Calcite)
Berupa lumpur (mud) karbonat, yang tersusun oleh
interlocking anhedral calcite/aragonit yang berukuran halus/lumpur.
b.
Sparit (Spary Calcite)
Sparit merupakan semen karbonat yang umumnya mengisi
ruang kosong pada batuan karbonat, berupa kristal-kristal kalsit. Kenampakannya
lebih jernih, kristalin dan berukuran lebih besar daripada micrite. Sparit
tersusun oleh kristal-kristal kaslsit berbentuk equant. Sparit terbentuk akibat
proses diagenesis, yaitu dari pelarutan karbonat yang kemudian mengkristal.
2.3 Klasifikasi dan Tata Nama Batuan
Secara umum klasifikasi didasarkan pada kenampakan fisik (klasifikasi
deskriptif) dan pada asal-usul (klasifikasi genetik).
2.3.1
Klasifikasi Grabau (1904)
Menurut Grabau batugamping dapat dibagi menjadi 5 berdasarkan ukuran dan
teksturnya yaitu:
a.
Kalsirudit, yaitu batugamping yang
ukuran butirnya >2 mm atau lebih besar dari ukuran pasir.
b.
Kalkarenit, yaitu batugamping yang
ukuran butirnya sama dengan ukuran pasir (1/16 – 2 mm).
c.
Kalsilulit, yaitu batugamping yang
ukuran butirnya lebih kecil dari ukuran pasir (<1/16 mm)
d.
Kalsipulverit, yaitu batugamping hasil
presipitasi kimiawi, sifatnya kristalin.
e.
Batugamping organik, yaitu hasil
pertumbuhan organisme secara insitu, misalnya terumbu dan stromatolit.
2.3.2
Klasifikasi Folk (1959)
Folk mengklasifikasikan batuan karbonat berdasarkan tekstur pengendapan dan
perbandingan fraksi komponen penyusunnya, yaitu butiran/allochem, mikrit dan
sparit/orthochem. Berdasarkan perbandingan relief antara allochem, micrite dan
sparit serta jenis allochem yang dominan.
Gambar 2.1 Klasifikasi Karbonat Menurut Folk (1959)
2.3.3 Klasifikasi
Dunham (1962)
Dunham membuat klasifikasi batuan karbonat berdasarkan tekstur
pengendapannya, meliputi ukuran butir dan pemilahan/sortasi. Hal yang perlu
diperhatikan dalam klasifikasi ini antara lain:
·
Derajat perubahan tekstur pengendapan
·
Komponen asli terikat atau tidak terikat
selama proses deposisi
·
Tingkat kelimpahan antar butiran (grain)
dengan lumpur karbonat.
Gambar 2.2 Klasifikasi Dunham (1962)
2.3.4
Klasifikasi Embry&Klovan (1971)
Embry dan Klovan (1971) mengembangkan klasifikasi Dunham (1962) dengan
membagi batugamping menjadi dua kelompok besar yaitu Autochnous Limestone dan Allochtonous
Limestone berupa batugamping yang
komponen-komponen penyusunnya tidak terikat secara organis seama proses
deposisi.
Gambar 2.3 Klasifikasi Embry&Klovan (1971)
2.3.5 Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pembentukan
karbonat dapat terjadi mulai zona supratidal sampai dengan cekungan yang lebih
dalam, paparan cekungan dangkal, yang meliputi middle shelf dan outer shelf.
Cekungan pembentukan karbonat ini disebut sebagainya subtidal carbonate
factory.
Endapan-endapan ini
akan terakumulasi pada shelf, sebagian mengalami transportasi ke daratan (tidal
flat) oleh gelombang dan pasang surut, sebagian lagi akan mengalami
transportasi ke arah laut atau cekungan yang lebih dalam.
2.4 Fasies
Terumbu
Endapan-endapan
karbonat yang dihasilkan akan terakumulasi pada shelf, sebagian mengalami
transportasi ke arah daratan, yaitu ke tidal flat, pantai lagoon sedangkan
sebagian lagi mengalami transportasi ke arah laut yaitu cekungan yang lebih
dalam.
Gambar 2.4 Fasies Terumbu Menurut James (1979)
James (1979) membagi
fasies terumbu masa kini secara fisiografis menjadi 3 macam, yaitu sebagai
berikut:
a. Fasies
Inti Terumbu (reef core facies)
Fasies
ini tersusun oleh batugamping yang masif dan tidak berlapis, berdasarkan
litologi dan biota penyusunnya, fasies ini dapat dibagi menjadi 4 sub fasies,
yaitu:
· Sub-fasies
puncak terumbu (reef crest)
· Sub-fasies
dataran terumbu (reef flat)
· Sub-fasies
terumbu depan (reef front)
· Sub-fasies
terumbu belakang (back reef)
b. Fasies
Depan Terumbu (fore reef facies)
Litologi
berupa grainstone dan rudstone dan merupakan lingkungan yang mempunyai
kedalaman >30 m dengan lereng 45 – 60. Semakin jauh dari inti terumbu (ke
arah laut), litologi berubah menjadi packstone, wackstone, dan mudstone.
c. Fasies
Belakang Terumbu (back reef facies)
Fasies
ini sering disebut juga fasies lagoon dan meliputi zona laut dangkal (< 30
m) dan tidak berhubungan dengan laut terbuka. Kondisi airnya tenang, sirkulasi air
terbatas dan banyak biota penggali yang hidup di dasar. Litologi berupa
packstone, wackstone dan mudstone dan banyak dijumpai struktur jejak dan
bioturbasi, baik horizontal maupun vertikal.
No comments:
Post a Comment