1.1
Pendahuluan
1.1.1
Pengenalan Gridding
Gridding adalah
proses pada data XYZ yang tersebar secara tidak teratur dan terdapat data yang
kosong untuk menghasilkan file grid
yang berisi data Z yang teratur. Aplikasi Surfer
mempunyai metode gridding yang
berbeda-beda. Metode tersebut menentukan bagaimana interpolasi ataupun
ekstrapolasi data XYZ yang akan menjadi file
grid. File XYZ merupakan data yang berisi data x, y, dan z dimana x dan y
umumnya merupakan koordinat (x,y) dan z merupakan data elevasi atau kedalaman
(Golden Software, 2002)
Gambar 1.1 Konsep
proses gridding pada data XYZ (Geolden Software,
2002)
Metode- metode gridding
yang terdapat dalam aplikasi Surfer
bermacam-macam dan mempunyai kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Metode-
metode tersebut, antara lain
(Golden Software):
a.
Inverse
Distance to a Power
Metode ini cenderung memiliki pola “bull’s eyes” pada kontur-kontur yang
konsentris melingkar pada titik data. Metode ini merupakan metode penimbangan
rata-rata yang sederhana untuk menghitung nilai jarak grid.
b.
Kriging
Kriging
adalah metode gridding geostatistik yang telah terbukti berguna dan populer di
berbagai bidang. Metode ini menghasilkan visual peta yang menarik dari data
yang tidak teratur. Dimana kriging dapat menghasilkan jaringan yang
akurat pada data. Kriging merupakan
metode default pada Surfer. Salah satu kelebihan metode kriging
lainnya adalah dapat menggunakan variogram yang disesuaikan oleh pengguna,
sehingga nilai error atau RMS dapat
semakin kecil.
c.
Minimum
Curvature
Metode ini melakukan generalisasi
permukaan secara halus. Metode ini juga
secara luas digunakan dalam ilmu bumi karena hasil interpolasi dengan metode Minimum curvature dengan perbedaan yang
sangat tipis, piringan linier elastis melewati setiap nilai data dengan jumlah
minimum yang dapat berubah. Salah satu kelemahan metode ini adalah
kecenderungan mengekstrapolasikan nilai-nilai di daerah yang tidak ada datanya.
d.
Modified
Shepard’s Method
Hasil metode ini serupa dengan inverse distance, tetapi apabila
parameter smoothing diaktifkan maka
kecenderungan kontur membentuk pola “bull’s eye” tidak akan terjadi. Dengan
menggunakan metode ini kita dapat meramalkan kemungkinan nilai-nilai di luar
rentang Z dari data yang kita miliki.
e.
Natural
Neighbor
Metode ini menghasilkan kontur yang baik
dari data set yang berisi data padat di beberapa daerah dan data jarang di
daerah lainnya. Hal ini tidak menghasilkan data di daerah tanpa data dan tidak
ekstrapolasi nilai-nilai Z di luar grid jangkauan data.
f.
Nearest
Neighbor
Metode ini efektif untuk data-data XYZ
yang tersebar merata dalam setiap daerah pemetaan, tetapi akan terjadi masalah
apabila data XYZ tidak tersebar merata akan mengakibatkan hasil kontur menjadi
bias. Metode Nearest neighbor
menggunakan titik terdekat untuk memberikan nilai pada node grid. Hal ini
berguna untuk konversi secara teratur XYZ data file ke dalam file grid. Metode
ini tidak meramalkan kemungkinan grid Z
di luar jangkauan data.
g.
Polynomial
Regression
Metode ini bermanfaat untuk analisis
permukaan secaraumum. Metode ini menampilkan kecenderungan kemiringan pada pola
topografi secara umum dengan cakupan wilayah yang luas. Metode regresi memproses
data dalam skala besar dengan kecenderungan pola yang ditampilkan. Hal ini
digunakan untuk analisis yang cenderung berada di permukaan. Metode ini dapat
memaparkan nilai-nilai grid di luar
data jangkauan Z.
h.
Radial
Basis Function
Metode radial
basis function merupakan metode terbaik untuk sebagian besar jenis data.
Tetapi cenderung membentuk pola “bull’s
eye” terutama jika parameter smoothing
diaktifkan. Gambar yang dihasilkan dengan metode ini mirip dengan kriging tetapi menghasilkan hasil yang
sedikit berbeda.
i.
Trianggulation
with Linear Interpolation
Metode ini bermanfaat menghasilkan
analisis patahan. Metode ini membutuhkan data yang banyak, karena apabila
terjadi kekurangan data maka akan terjadi pembentukan pola segitiga pada
permukaan kontur. Walau demikian metode ini dapat menangani situasi sulit seperti
pembuatan fitur seperti teras dan lubang. Metode ini tidak mengekstrapolasi
nilai-nilai Z di luar jangkauan data.
j.
Moving
Average
Metode ini hanya berlaku pada set data
yang sangat besar dan banyak (misal >1000 titik data) sehingga dapat
menggabungkan data breakline. Metode Moving Average ini memberikan nilai ke node jaringan dengan rata-rata data di
dalam elips pencarian node grid.
k.
Data
Metrics
Metode gridding
satu ini digunakan untuk membuat informasi grid tentang data. Metode gridding data metrik secara umum
cenderung tidak menginterpolasi rata-rata dari nilai-nilai Z.
l.
Local
Polynomial
Metode ini paling berlaku untuk set data
yang lokal yang halus (misalnya relatif
halus permukaan dalam lingkungan pencarian). Metode gridding Local Polynomial memberikan nilai ke node jaringan dengan menggunakan kuadrat terkecil berbobot sesuai
dengan data di dalam elips pencarian node
grid.
Gambar 1.2 Contoh peta
kontur dengan menggunakan beberapa metode gridding (Golden Software,
2002)
1.1.2
Pengenalan Blanking
Blanking adalah menu dalam aplikasi Surfer yang digunakan untuk menghilangkan node didalam data grid
yang tidak diinginkan atau pada daerah yang tidak ingin ditampilan pada peta.
Dalam menentukan batas daerah blanking, diperlukan data
berformat ASCII yang menyimpan koordinat batas tersebut dengan ekstensi .bln.
Beberapa hal
yang terjadi pada data grid yang
dilakukan Blanking, antara lain:
a.
Kontur
tidak akan tergambar.
b.
Warna pengisi yang terpisah dapat ditentukan
pada daerah yang dilakukan blanking
pada peta kontur, image map, dan shaded relief maps.
c.
Pada peta wireframes,
daerah yang diblank menunjukkan kenampakan datar yang sesuai dengan data Z
minimum pada data grid.
d.
Volume dan area tidak dihitung pada daerah yang
dilakukan blanking.
Gambar 1.3
Hasil blanking pada data grid (Golden Software, 2012)
1.1.3
Pengenalan Volume dan Area
Perhitungan volume dan area dapat dilakukan
dengan menggunakan surfer. Perhitungan volume dan area ini dapat
dibatasi dengan menentukan upper surface
dan lower surface. Penentuan upper dan lower surface ini dilakukan oleh pengguna aplikasi dengan
menentukan batas elevasi.
Perintah grid-volume
akan menghasilkan laporan volume dan area dengan menggunakan 3 metode yaitu : Trapeziodal rule, Simpson’s rule dan Simpson’s 3/8 rule. Unsur yang didapatkan
dari laporan perhitungan ini antara lain :
·
Net volume
: Selisih antara volume cut dan fill
·
Positive
volume (cut) : Volume diatas batas elevasi yang ditentukan
·
Negative
volume (fill) : Volume dibawah batas elevasi yang ditentukan
·
Positive
planar area : Luas daerah diatas elevasi yang ditentukan.
·
Negative
planar area: Luas daerah dibawah elevasi yang ditentukan.
·
Surface
area : Luas permukaan sebenarnya.
Gambar 1.4 Pengambaran positive
volume (cut), negative volume (fill),
upper surface dan lower surface pada batas elevasi 75 m
(Golden Software, 2002)
Gambar 1.5 Pengambaran positive
planar area dan negative planar area
dengan batas elevasi 75 m (Golden Software, 2002)
1.2
Tujuan
Pertemuan Gridding, Blanking
dan Volume and Area
·
Memahami pengertian gridding.
·
Mampu melakukan proses gridding pada tiap metode.
·
Mampu membuat dan mencocokan variogram.
·
Memahami dan mampu menghitung RMS.
·
Mampu melakukan proses Blanking inside, outside
dan multiple Blanking.
·
Dapat melakukan perhitungan volume dan area.
·
Mengerti pembacaan pada laporan perhitungan
volume.
1.3
Langkah Kerja Gridding, Blanking dan Volume
1.3.1
Gridding
Pengerjaan gridding pada aplikasi Surfer 8 memerlukan data XYZ dengan format excel 97-2003 workbook. Data XYZ tersebut kemudian diinput kedalam
aplikasi Surfer dengan perintah grid à data.
Gambar 1.6 Dialog box Grid Data.
Data XYZ yang diinput disesuaikan dengan data
kolom yang diminta agar tidak salah dalam pembacaan atau pembuatan peta kontur.
Selain mennyesuaikan
input data, pada dialog box tersebut harus juga dilakukan pemilihan metode gridding. Setiap gridding
memiliki pengaturan masing-masing yang dapat dilihat pada menu advance options.
Gridding dengan metode krigging merupakan salah satu metode yang memiliki variogram
manual. Pada metode krigging, proses
gridding dilakukan setelah pembuatan
dan penyesuaian variogram khusus pada metode kriging. Untuk membuat variogram dapat menggunakan perintah grid à variogram à new variogram.
Gambar 1.7 Dialog box New Variogram dan
penyesuaian input datanya.
Data lapangan yang didapatkan harus dilakukan penyesuaian terhadap
variogram yang telah dibuat. Kecenderungan data XYZ dari lapangan
ditunjukkan oleh titik-titik hitam yang dihubungan dengan garis hitam.
Sementara model variogram yang akan kita cocokan diwakili oleh garis berwarna
biru.
Gambar 1.8
Variogram awal yang dihasilkan dari perintah New Variogram.
Penyesuaian model variogram dengan
kecenderungan data dapat dilakukan dengan mengubah variogram properties yang dibuka dengan double click variogram atau dengan
melakukan klik kanan pada variogram dan
properties. Tab experimental
mewakili tampilan kecenderungan data pada variogram. Dengan mengubah direction, tolerance dan step amount maka tampilan persebaran
data pada variogram akan berubah. Number
of lags mewakili jumlah titik data yang digunakan dalam penyesuaian.
Semakin banyak data yang digunakan maka tingkat error dapat menjadi lebih kecil, namun akan lebih susah untuk disesuaikan
dengan model variogram. Tab model mewakili
komponen pada model variogram. Model
variogram yang dapat digunakan cukup bervariasi. Beberapa jenis variogram yang
umum adalah jenis gaussian, spherical dan exponensial. varian bertambah paling
cepat pada variogram exponensial dan
paling lambat pada gaussian. Penggunaan variogram
ditentukan berdasarkan jenis dan ketersediaan data secara spasial.
Gambar 1.9 Dialog box variogram properties: tab experimental
(kiri) dan tab model (kanan)
Gambar 1.10
Contoh variogram model dan sebaran data yang sudah disesuaikan.
Dalam penyesuaian model
variogram, semakin banyak titik yang dilalui oleh variogram model (garis biru)
maka akan semakin mendekati kecenderungan data di lapangan, sehingga error atau RMS juga akan semakin kecil.
Setelah proses pembuatan dan penyesuaian variogram selesai, proses gridding
dengan metode kriging dapat
dilanjutkan dengan pemanggilan variogram yang telah dibuat melalui menu advance option dan menu get variogram pada tab general.
Pada metode kriging yang menggunakan variogram dan
mendukung adanya struktur geologi akan ada menu untuk menginput variogram juga struktur geologi pada tab general dan breaklines.
Sementara pada metode lain seperti inverse distance to a
power yang menggunakan smoothing
dan mendukung struktur geologi, terdapat menu pengaturan tingkat power dan smoothing dan struktur pada tab
general dan breaklines and faults.
Gambar 1.11 Dialog box advance option metode : kriging (kiri) dan inverse distance to a power (kanan).
Data struktur geologi
yang diperlukan dalam fault dan breaklines pada beberapa metode kriging
berupa data koordinat. Data tersebut dapat juga dibuat dengan melakukan
digitasi pada peta menggunakan menu digitize.
Data yang berisi koordinat struktur ataupun hasil digitize ini harus disimpan dalam format ASCII dengan ekstensi .bln.
Proses yang dialakukan setelah pengaturan pada
metode gridding adalah cross validation. Melalui dialog box cross validate dapat dilakukan pengecekan jumlah data yang digunakan,
batas koordinat XY dan lokasi
penyimpanan hasil validasi. Hasil
validasi dengan menu ini akan menampilkan laporan hasil perhitungan statistika
dari data lapangan yang dilakukan gridding
serta menghasilkan file berekstensi .dat.
Dari laporan ini, kita dapat mengecek nilai error (RMS) secara langsung atau
menghitung nilai RMS secara manual.
Gambar 1.12
Contoh laporan hasil cross validation.
Setelah semua proses telah selesai dilakukan tinggal pilih ok pada dialog box grid data. Dari proses
gridding ini, data XYZ yang
dimasukkan pada awalnya akan menghasilkan file
grid berekstensi .grd yang dapat
digunakan dalam pembuatan peta dengan menu map-
contour map, base map dll dan input file
berekstensi .grd tersebut.
Gambar 1.13
Peta kontur dari file grid dengan metode kriging
(kiri) dan inverse distance to a power (kanan).
1.3.2
Blanking
Pengerjaan Blanking dapat dilakukan setelah
terdapat file grid yang dihasilkan
dari proses gridding. Dari file grid tersebut, ditentukan batas pengambilan data dengan
digitize dan jumlah koordinat lebih dari dua untuk membentuk suatu luasan.
Titik dari digitize tersebut disimpan dalam format ASCII.
Gambar 1.14 Perintah digitize
dengan klik kanan pada peta (kiri) dan Data batas blanking hasil digitasi yang dibuka dengan aplikasi notepad
Angka 12 pada gambar
diatas menunjukkan jumlah titik batas yang digunakan, sementara angka 1
disebelahnya menunjukkan blanking
yang dilakukan adalah blanking area
yang ada di dalam batas boundary (Blanking inside). Untuk melakukan Blanking outside (luar) daerah batas,
maka nilai 1 tersebut diubah menjadi 0. Pastikan juga bahwa koordinat awal dan
akhir dari data koordinat tersebut sama.
Setelah file batas .bln dan file grid telah siap digunakan, proses blanking dapat dilakukan dengan menggunakan menu grid
à blank.
Dari menu ini, aplikasi Surfer akan
meminta input data grid dan juga batas .bln
Gambar 1.15 Peta hasil Blanking inside (kiri) dan Blanking outside (kanan).
1.3.3
Pengerjaan volume dan area
Pengerjaan perhitungan
volume dan area cukup sederhana
dengan menggunakan menu grid à volume maka akan muncul jendela Grid Volume. Upper surface merupakan batas atas dan Lower Surface merupakan batas bawah. Grid File dapat diinput dengan
grid data yang dimiliki sedsangkan constant
z merupakan batas elevasi pasti untuk perhitungan volume.
Gambar 1.16 Dialog box grid-volume.
Dari
perhitungan volume tersebut akan menghasilkan perhitungan dalam bentuk laporan.
Dalam laporan tersebut beberapa point perhitungan diantaranya adalah planar, surface area, cut, fill dan net volume.
Gambar 1.17 Contoh laporan perhitungan volume dan area.
keren
ReplyDelete