1.
Pengertian
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian
umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hydrogen dan
oksigen.Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika
dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.Analisis unsur
memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS
untuk antrasit.
Reaksi pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai
berikut :
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Cellulosa lignit gas metana air
(Sukandarrumidi,2006)
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan
hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon,
kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara
yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang
ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.
2.
Kualitas
Batubara
Kelas dan jenis batu baraBerdasarkan
tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,
panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus,
sub-bituminus, lignit dan gambut. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi,
dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98%
unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%. Bituminus mengandung 68 - 86%
unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya.
Kelas batu bara yang paling banyak
ditambang di Australia. Sub- bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak
air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat
lunak yang mengandung air 35- 75% dari beratnya. Gambut, berpori dan memiliki
kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Pembentukan batu baraProses perubahan
sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilahpembatu
baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi
hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam
proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis
yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material
organik serta membentuk gambut. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses
perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.
Batubara di Indonesia, endapan batu
bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yangterletak di
bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), padaumumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat
dikelompokkan sebagai batu bara berumurEosen atau sekitar Tersier Bawah,
kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitarTersier Atas,
kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.Batu bara ini
terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang
miripdengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang
terbentuk di atas mukaair tanah rata- rata pada iklim basah sepanjang tahun.
Dengan kata lain, kubah gambut initerbentuk pada kondisi
dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk kedalam sistem
dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah danmenebal
secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen.
Sebaliknya,endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur
tinggi.
3.
Kualitas
Batubara Periode Neogen
Pada Miosen Awal, pemekaran regional
Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah berakhir. Pada Kala Oligosen
hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan yang luas dimana
terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen
batugamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada
tektonik Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batubara Miosen yang
ekonomis terutama terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur),
Cekungan Barito (Kalimantan Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian selatan.
Batubara Miosen juga secara ekonomis ditambang di Cekungan Bengkulu.
Batubara ini umumnya terdeposisi pada
lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang mirip dengan daerah
pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama lainnya adalah
kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya batubara Miosen
ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali jika
sangat tebal (PT Adaro) atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batubara
Miosen di beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan
Pinang dan Prima (PT KPC), endapan batubara di sekitar hilir Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat Tanjungenim, Cekungan Sumatera
bagian selatan. Tabel dibawah ini menunjukan kualitas rata-rata dari beberapa
endapan batubara Miosen di Indonesia.
Tambang Cekungan Perusahaan Kadar air
total (%ar) Kadar air inheren (%ad) Kadar abu (%ad) Zat terbang (%ad) Belerang
(%ad) Nilai energi (kkal/kg)(ad)
4.
Kualitas
Batubara Periode Paleogen
Endapan Batubara pada periode paleogen ini
terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier Bawah
atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan.
Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian
Paparan Sunda, dari sebelah barat Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa
hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang pernah ditemukan dapat diketahui
bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen Tengah. Pemekaran
Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada pada tatanan
busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng
Indo-Australia.
Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen
itu non-marin, terutama fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau yang
dangkal. Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batubara terjadi sekitar
Eosen Tengah - Atas namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas
hingga Oligosen Bawah. Di Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi
pada fasa awal kemudian ditutupi oleh endapan danau (non-marin).
Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian
tenggara dimana endapan fluvial kemudian ditutupi oleh lapisan batubara yang
terjadi pada dataran pantai yang kemudian ditutupi di atasnya secara
transgresif oleh sedimen marin berumur Eosen Atas.
Endapan batubara Eosen yang telah umum dikenal terjadi
pada cekungan berikut: Pasir dan Asam-asam (Kalimantan
Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan), Kutai Atas (Kalimantan Tengah
dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan (Kalimantan Timur),
Ombilin (Sumatera Barat) dan Sumatera Tengah (Riau).
5.
Perbedaan
Batubara Periode Neogen dan Paleogen
Batubara Neogen
|
Batubara Paleogen
|
Terbentuknya dalam sistem Intermountain dan Continental margin basins
dalam lingkungan pengendapan transgresi
|
Terbentuk dalam sistem back deep, deltaic dan continental
margin basin dalam lingkungan pengendapan regresi
|
Batubara relatif lebih tipis
|
Ketebalan batubara lebih berfariasi
dan biasanya lebih tebal dari batubara Neogen
|
Rank tinggi dengan kadar moisture yang rendah dan nilai kalori
tinggi
|
Sebagian besar berjenis sub-bituminous dan lignite dengan kadar moisture yang tinggi dan nilai kalori
yang rendah
|
Umumnya merupakan batubara Komoditi
ekspor
|
Sebagian besar dimanfaatkan untuk
keperluan dalam negri terutama steaming
coal
|
Daftar Pustaka:
https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara
Indonesian
Coal Mining Association,
1998
Sukandarrumidi, 2006
No comments:
Post a Comment